MEMAHAMI AL AWWAL, AL AKHIR, AZH ZHAHIR DAN AL BATHIN
Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan salah satu rukun penting dalam beriman kepada Allah yang memiliki empat rukun, yaitu: Beriman kepada ekstensi Allah, beriman kepada Rububiyah Allah, beriman kepada Uluhiyah Allah dan beriman kepada Asma’ wa Sifat (nama-nama serta sifat-sifat) Allah.[1]
Tidak bisa dibayangkan seseorang yang ingin menyembah Allah tetapi tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Ia bisa terjebak dalam kesalahan fatal yang bisa mengakibatkan kecelakaan di dunia dan di akhirat. Minimal, tidak bisa sempurna dalam beribadah.
Baca selengkapnya »
Aqidah Ahlus Sunnah dalam Al Wala' wal Bara'
Wala` (loyalitas) dan bara` (anti loyalitas) merupakan salah satu rukun akidah dan syarat keimanan, yang dilalaikan banyak orang dan disepelekan sebagian yang lain.
Akibatnya, segala sesuatu bercampur baur dan semakian banyak orang lalai.
Adapun makna wala` adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya serta para shahabat, dan kaum mukminin yang bertauhid serta menolong mereka.
Baca selengkapnya »
MELURUSKAN PEMAHAMAN AL-WALA’ DAN AL-BARA’ (SEBUAH KOREKSI LOYALITAS SEORANG MUSLIM)
Oleh
Syaikh Shâlih Fauzân bin Abdillâh Al Fauzân
Syaikh Shâlih Fauzân bin Abdillâh Al Fauzân
Allah Azza wa Jalla mewajibkan kita agar memiliki al-wala` kepada kaum Muslimin, dan al-bara` terhadap orang-orang kafir.
Allah berfirman :
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya (wali yang ditaati), maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang”.[al-Mâidah/5:55-56]
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah dia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka” [Ali ‘Imrân/3:28]
Baca selengkapnya »
Nama dan Sifat Allah Ahad dan wahid (Yang Maha Esa)
Nama al-Ahad ini hanya disebutkan dalam satu surat saja, yaitu di dalam Surat al-Ikhlash.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Katakanlah, “Dia-lah Allâh, Yang Maha Esa. Allâh adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [al-Ikhlash/112:1-4]
Surat al-Ikhlâsh ini merupakan surat yang sangat mulia, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa surat al-Ikhlâsh sama dengan sepertiga al-Qur’ân karena di dalamnya terdapat penjelasan khusus tentang nama-nama Allâh yang maha Mulia dan sifat-sifat-Nya yang maha Agung.
Baca selengkapnya »
Nash-nash al-Qur`an dan Sunnah telah menunjukkan bahwa hukuman dosa (siksa) dapat dihapuskan dari seorang hamba dengan sepuluh sebab berikut ini:
1. Taubat Nasuha.
Yaitu taubat yang sebenar-benarnya taubat, maka ia (taubat nasuha) dapat meleburkan dosa sebelumnya. Dan Allah Subhanahu Wata'ala Maha menerima taubat hamba-hambaNya yang mau bertaubat kepadaNya.
Dan orang yang bertaubat dari segala dosa bagaikan orang yang tidak memiliki dosa. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya, “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. asy-Syura: 25).
Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman, artinya, “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-A’raf: 153).
Sepuluh Sebab Penghapus Dosa
Nash-nash al-Qur`an dan Sunnah telah menunjukkan bahwa hukuman dosa (siksa) dapat dihapuskan dari seorang hamba dengan sepuluh sebab berikut ini:
1. Taubat Nasuha.
Yaitu taubat yang sebenar-benarnya taubat, maka ia (taubat nasuha) dapat meleburkan dosa sebelumnya. Dan Allah Subhanahu Wata'ala Maha menerima taubat hamba-hambaNya yang mau bertaubat kepadaNya.
Dan orang yang bertaubat dari segala dosa bagaikan orang yang tidak memiliki dosa. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya, “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. asy-Syura: 25).
Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman, artinya, “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-A’raf: 153).
Baca selengkapnya »
PENGERTIAN KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Falsafah Negara Pancasila, Sila Pertama Disebut Ketuhanan yang Maha Esa; Masalah ke-Tuhanan merupakan suatu hal yang pokok/dasar dalam setiap agama, sehingga suatu agama yang tidak ada/tidak Jelas Tuhannya maka bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa (tunggal) yang dalam istilah agama disebut Tauhid; artinga meng-Esakan Tuhan yaitu Allah SWT;. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa tersebut mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan agama lainnya, baik itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaan-perbedaan tersebut harus diterangkan, agar supaya berdasarkan pengertian tentang adanya perbedaan itu akan timbul saling pengertian dan hargamengharagi antara satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca selengkapnya »
Memetik Pelajaran dari Kisah Ashabul Ukhdud
Bismillah, Alhamdulillah wash shalaatu was salaamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala aalihi wa ashabihi wa man tabi’ahum bi ihsan ilaa yaumil qiyamah. Amma ba’du.
Diantara metode pendidikan Islam adalah menceritakan kisah nyata dari orang-orang terdahulu untuk diambil pelajarannya. Dengan hal tersebut, pelajaran bisa lebih mengena karena si pembaca bisa mengetahui bagaimanakah kesudahan dari orang-orang yang baik ataupun orang-orang yang buruk. Buktinya, kita akan dapatkan bahwa sekitar sepertiga Al Qur’an adalah kisah sebagaimana keterangan Ibnu Hajar, “Isi Al Qur’an adalah tentang hukum-hukum, berita (kisah), dan tauhid”. (Fathul Baari, 9/61)
Baca selengkapnya »
Keesaan Allah Tafsir Ringkas Surat Al Ikhlas
Pembaca yang dirahmati Allah. Berbicara konsep ketuhanan, Islam adalah satu-satunya agama yang menanamkan kepada penganutnya konsep ketuhanan yang bersifat tauhidi. Artinya, dalam hal keyakinan (akidah) seorang muslim wajib meyakini bahwa Allah Maha Esa, Esa dalam Zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, dan Esa dalam perbuatan-Nya. Dalam Islam, konsep ketuhanan secara jelas dan tegas dituangkan dalam surat al-Ikhlas, sebuah surat yang ringkas dan sarat akan makna ketauhidan.
Baca selengkapnya »
Aqidah Trinitas dan Bukti Kekeliruan dalam Agama Kristen atau Nashara
Syaikh Dr. Khalid bin Abdillah bin Abdil Aziz Al Qasim
الحمد لله، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدًا عبده ورسوله
Amma ba’du,
Yang pertama kali mesti kita lakukan adalah mendefinisikan trinitas yang diimani oleh kaum Nasrani. Karena mereka pun berselisih dalam banyak pendapat mengenai definisi trinitas itu sendiri. Yang akan kami paparkan adalah definisi yang disepakati oleh mayoritas Nasrani. Bahkan ini adalah akidah yang mereka sepakati dalam Konsili Nicea pertama tahun 325 Masehi. Dan ini adalah teks yang paling tegas yang mereka tetapkan serta menjadi rujukan utama mereka dalam menjelaskan kitab-kitab suci mereka dan perkataan-perkataan Nabi mereka.
Baca selengkapnya »
Arsy adalah Makhluk Ciptaan Allah yang paling Tertinggi
Cukup banyak dalil yang menjelaskan bahwa ‘Arsy adalah makhluk ciptaan Allah. Kami bawakan beberapa dalil dari Al-Quran, Sunnah, dan Ijma’ ulama
Baca selengkapnya »
Beberapa Bentuk Larangan memberikan Cinta dan Loyalitas (wala) Kepada Orang Kafir
Di antara pokok aqidah Islam adalah al-wala’ wal bara’. Seorang muslim yang mengaku cinta kepada Allah Ta’ala dan Rasul-nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dituntut untuk membuktikan klaim (pengakuan) tersebut. Yaitu dengan mencintai dan memberikan loyalitas (al-wala’) kepada setiap yang Allah cintai, yaitu orang-orang yang beriman, mencintai tauhid dan orang-orang yang bertauhid. Dan sebaliknya, dia harus membenci, menjauh dan berlepas diri (al-bara’) dari semua yang Allah Ta’ala benci, berupa kekafiran, kemusyrikan, dan para pelakunya. [1]Meskipun hal ini tidaklah menghalangi kita untuk tetap berbuat baik kepada mereka, tetap mendakwahi mereka, tidak bersikap dzalim terhadap mereka, atau mencintai mereka sebatas kecintaan yang bersifat tabiat atau naluri sebagai manusia biasa. [2]
Baca selengkapnya »
Kewajiban Membawa Shalawat dan Manfaatnya
Shalawat Nabi Muhammad Saw. termasuk salah satu ibadah yang bisa dikatakan sebagai perintah luar biasa. Hal ini dikarenakan Allah sendiri dan para malaikatNYA juga bersholawat kepada Nabi Muhammad. Kemudian, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk membaca shalawat dan salam kepada Nabi akhir zaman ini.
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat (memuji dan berdoa) untuk Nabi (Muhammad s.a.w). Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuknya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya" [Al-Ahzab: 56]
Dalil Shalawat Nabi Muhammad Saw.
Shalawat adalah perintah Allah kepada orang beriman di mana Allah sendiri juga melakukannya. Hal itu tertulis dalam Surah Al Ahzab ayat 56 sebagai berikut:"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat (memuji dan berdoa) untuk Nabi (Muhammad s.a.w). Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuknya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya" [Al-Ahzab: 56]
0 komentar:
Posting Komentar