Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari'at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan." Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al Maa'idah: 19)
Allah SWT berfirman, ditujukan kepada Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani, bahwasanya Allah SWT telah mengutus Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW, sebagaimana Isa AS pernah menyampaikannya di hadapan umatnya Bani Israel, “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Ash Shaff: 6)
Setelah Allah SWT memberitahukan kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir, sebagian orang-orang Yahudi dan Nasrani beriman dan sebagian lagi memilih kafir, mengingkari kenabian Muhammad SAW. Orang-orang kafir di antara mereka membuat berbagai alasan tak masuk akal agar keingkaran mereka dibenarkan. Di antara alasan-alasan tersebut dibuat sebuah artikel oleh pengelola situs Kristen www.isadanislam.com dengan judul artikel “Pandangan Orang Kristen Tentang Nabi Muhammad”. Di dalamnya, terdapat tiga alasan umat Kristen tidak beriman terhadap kenabian Muhammad SAW, di antarnya;
Alasan Pertama: “Ditemukannya ajaran Muhammad yang bertentangan dengan ajaran Isa Al-Masih. Seperti naik haji. Menurut orang Kristen, mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh kali dan mencium batu hitam mustahil merupakan ajaran dari Allah. Ajaran lainnya adalah arah kiblat ketika sembahyang. Menghadap hanya pada satu arah pada saat-saat tertentu menunjukkan bahwa Allah bukanlah Allah yang tak terhitung atau terbatas, Allah yang dapat berada di manapun pada saat yang bersamaan”.
Jawaban Saya: Umat Kristen memandang sesuatu hanya sebatas bentuk lahiriahnya saja, itulah yang menyebabkan mereka mempermasalahkan ibadah Haji karena adanya rukun mengelilingi ka’bah (thowaf) dan mencium Hajar Aswad atau sembahyang umat Islam yang hanya menghadap ka’bah sebagai kiblat salat. Padahal dalam hidup dan pergaulan sehari-hari, mereka tahu, bentuk lahiriah seseorang belum tentu mencerminkan apa yang ada di dalam.
Bentuk ibadah kita kepada Tuhan adalah soal kehendak dan kemauan Tuhan, seperti apa dan bagaimana Tuhan mau kita beribadah, bukan sebaliknya. Kewajiban kita sebagai umat beragama hanyalah memastikan ibadah yang kita lakukan adalah ibadah yang dikehendaki oleh Tuhan. Mau mengelilingi ka’bah, mencium Hajar Aswad atau menyembah dengan menghadap kiblat, jika itu memang dalam agama sah secara meyakinkan adalah perintah Tuhan dan ada contoh dari Rasul-Nya , mengapa harus dipermasalahkan. Kepada umat Kristen, coba anda selidiki sendiri, apakah ibadah yang selama ini Anda lakukan adalah perintah Tuhan atau perintah manusia. Menyanyi, bertepuk tangan, dll dalam gereja, apakah itu ibadah yang diperintahkan Tuhan dan pernah dicontohkan Yesus? Adakah dalilnya dalam Bibel? Tanya pada Pastor anda di gereja dan tanya pada diri Anda sendiri. Harus anda tahu, menyanyi dalam Bibel Perjanjian Lama hanya ditujukan sebagai pujian kepada Tuhan, bukan sebagai bentuk penyembahan. Sedangkan menyembah dalam Bibel, selalu berhubungan dengan sujud atau bersujud. Saya melihat, ibadah yang anda lakukan bukan “seperti apa dan bagaimana Tuhan ingin di sembah”, namun “seperti apa dan bagaimana anda ingin menyembah Tuhan”. Bahasa mudahnya, anda itu menyembah Tuhan semau-maunya anda saja.
Dan, apabila umat Kristen dengan memakai kaca mata kuda sanggup menyimpulkan bahwa ajaran Islam mustahil ajaran dari Tuhan, maka dengan kaca mata yang sama, kita (umat Islam) juga dapat menyimpulkan bahwa ajaran Bibel mustahil ajaran dari Tuhan. Coba sekarang Anda buka Bibel Perjanjian Lama, di kitab Keluaran pasal 26. Mulai ayat 1, Anda akan menemukan perintah Tuhan agar membuat Kemah Suci dengan rincian yang sangat ruwet, itu belum termasuk perkakas yang harus ada di dalam Kemah Suci. Sekarang pertanyaannya, apa perlunya membuat Kemah Suci dengan rincian sedemikian ruwet? Kalau cuma untuk ibadah, bukankah sudah cukup seandainya Kemah Suci dibuat sederhana saja?
Dan, jika umat Kristen sanggup mengatakan bahwa umat Islam yang Salat Menghadap hanya pada satu arah menunjukkan bahwa Allah yang di sembah umat Islam bukanlah Allah yang tak terhitung atau terbatas, Allah yang dapat berada di manapun pada saat yang bersamaan. Maka, dengan kaca mata yang sama pula kita dapat mengatakan demikian terhadap Tuhan umat Kristen. Karena dalam Bibel Perjanjian Lama Tuhan hanya berada di satu tempat, yaitu di depan mezbah, seperti ayat di bawah ini;
Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. (Imamat 16:12)
Alasan Kedua: Yang menyebabkan umat Kristen menolak kenabian Muhammad adalah Shalawat Nabi yang harus disampaikan kepadanya. Pada Sura Al-Ahzab 33:56 tafsiran Al-Quran Departemen Agama RI tahun 1978, catatan kaki No.1230 berbunyi: Bershalawat jika dari Allah artinya memberi rahmat, jika dari malaikat-malaikat artinya meminta ampunan (dosa), jika dari umat Islam/Mukmin artinya berdoa supaya kepada Nabi Muhammad diberi rahmat (dan kemuliaan) seperti misalnya “Allahu-Ma Shalliala Muhammad”. No.1231 – Dengan mengucapkan perkataan seperti “Assalamu Alaika Ayyuhan Nabi” artinya: Semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi (Muhammad).
Bagaimana mungkin orang Kristen dapat mengikuti seorang Pemimpin yang keselamatannya masih perlu didoakan oleh pengikutnya?
Jawaban Saya: Pertanyaan mengenai shalawat Nabi seharusnya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, karena jawaban tentang hal tersebut telah banyak di jawab oleh saudara-saudara Muslim. Jadi, tinggal bagaimana umat Kristen mau atau tidak mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri. Bagi kami sendiri, Shalawat yang selalu kami lakukan bukan bertujuan untuk mendoakan keselamatan Nabi Muhammad SAW, namun sebagai salam penghormatan dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Shalawat dalam Islam juga tidak pernah dikhususkan kepada Nabi Muhammad SAW saja, tetapi kepada seluruh Nabi dan Rasul Allah SWT lainnya (Ash-Shaaffaat' :181), seperti kepada Nabi Ibrahim AS (Ash-Shaaffaat' :108-109), Musa AS dan Nabi Harun AS (Ash-Shaaffaat':119-120), Nabi Nuh AS (Ash-Shaaffaat':78-79), Nabi Ilyas (Ash-Shaffaat':129-130), Nabi Yahya (Maryam: 12-15) dan Nabi Isa AS (Maryam: 30-33). Bahkan dalam Bibel Perjanjian Baru Yesus juga di Shalawatkan, seperti pada ayat-ayat di bawah ini:
Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat aku lagi, hingga kamu berkata: DIBERKATILAH DIA yang datang dalam nama Tuhan!” (Matius 23:39)
Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat aku lagi hingga pada saat kamu berkata: DIBERKATILAH DIA yang datang dalam nama Tuhan!” (Lukas 13:35)
Kata mereka: “DIBERKATILAH DIA yang datang sebagai raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang maha tinggi!” (Lukas 19:38)
Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Isa Al Masih sambil berseru-seru: “Hosana! (arti Hosana) DIBERKATILAH DIA yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Yohanes 12:13)
Tentu umat Kristen tidak akan mau jika saya menyebut Yesus belum diberkati karena masih di doakan.
Alasan ketiga: Tidak adanya nubuat dalam Injil maupun kitab-kitab sebelumnya tentang kedatangan Muhammad.
Jawaban Saya: Kristen mengatakan bahwa tidak ada nubuat dalam Injil maupun kitab-kitab sebelumnya tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW. Ya, itu karena gereja hanya (boleh) menafsirkan nubuat-nubuat yang ada dalam kitab Perjanjian Lama untuk Yesus seorang, gereja tidak mau berpikir terbuka dengan membuka kemungkinan nubuat-nubuat tersebut untuk seseorang selain Yesus. Nubuat yang ada dalam Perjanjian Lama tidak pernah menyebut sebuah nama jelas, hanya perlambang-perlambang, hal itu mempermudah bagi siapa pun yang ingin menafsirkan nubuat Perjanjian Lama hanya merujuk pada orang yang dia inginkan. Itulah juga yang terjadi pada pengarang-pengarang Injil. Orang-orang Yahudi sangat mempercayai Taurat dan kitab Nabi-nabi, sedangkan Pengarang-pengarang Injil merasa memiliki kewajiban untuk menarik sebanyak-banyaknya orang-orang Yahudi agar percaya kepada Yesus. Oleh sebab itu, pengarang-pengarang Injil kemudian merasa perlu menafsirkan ayat-ayat Taurat dan kitab Nabi-nabi sebagai nubuat akan datangnya seorang juru selamat, hanya merujuk kepada Yesus. Selain itu, pengarang-pengarang Injil juga dapat dengan mudah menyesuaikan kisah-kisah Yesus yang akan mereka tulis, agar berkesesuaian dengan nubuat-nubuat yang telah mereka tafsirkan dari Taurat dan kitab Nabi-nabi. Dengan melakukan ini, pengarang-pengarang Injil berharap akan banyak orang-orang Yahudi akan sadar kemudian percaya kepada Yesus. Itulah sebabnya, mengapa nubuat-nubuat dalam Taurat dan kitab Nabi-nabi seolah hanya untuk Yesus seorang. Itu belum termasuk masalah bahasa, karena seperti telah kita ketahui, Taurat dan kitab Nabi-nabi yang tertua ternyata adalah terjemahan dari salinan dengan bahasa berbeda-beda. Nah, kegiatan salin-menyalin dan proses penterjemahan inilah yang kemudian juga turut mengaburkan untuk siapa nubuat-nubuat yang ada di dalamnya.
Sekarang bagaimana dengan nubuat dalam Injil? Dalam Al-Qur’an, Nabi Isa AS atau Yesus berkata kepada umatnya akan kedatangan Nabi sesudahnya yang bernama Ahmad (Ash Shaff: 6). Nama Ahmad adalah nama yang disebut Nabi Isa AS atau Yesus di dalam Al-Qur’an yang berbahasa Arab. Sedangkan pada kenyataannya, Nabi Isa AS atau Yesus bukanlah orang Arab, melainkan orang Israel dengan bahasa Aram sebagai bahasa ibu. Al-Qur’an tidak pernah mengatakan bahwa nubuat yang dikatakan Nabi Isa AS atau Yesus di dalam Ash Shaff: 6, ada di dalam Injil, baik Injil yang asli dari Yesus atau Injil hasil karya banyak orang seperti kita kenal sekarang. Al-Qur’an hanya mengatakan bahwa Nabi Isa AS atau Yesus pernah menyampaikan perihal kedatangan Nabi sesudahnya yang bernama Ahmad. Tentu saja, Nabi Isa AS atau Yesus tidak akan benar-benar menyebut nama Ahmad kepada umatnya dari bangsa Israel, melainkan bisa saja dengan nama lain dalam bahasa Aram yang artinya kurang lebih sama dengan nama Ahmad dalam bahasa Arab. Ucapan Nabi Isa AS atau Yesus tentang Ahmad, boleh jadi akan tertulis di ratusan Injil-Injil yang pernah ada, mengingat Injil yang kita kenal sekarang berisi sejarah perjalanan dakwah Yesus. Tapi masalahnya, tidak ada satu pun Injil yang ada sekarang yang dikarang dengan bahasa asli Yesus, yaitu bahasa Aram. Kalaupun ada Injil berbahasa Aram, Injil itu sudah pasti telah musnah karena di anggap apokrip.
Kesimpulannya, ada tiga sebab mengapa nubuat Nabi Isa AS atau Yesus dalam Ash Shaff: 6 tidak dapat kita temukan dalam Injil yang kita kenal sekarang. Sebab pertama; karena tidak semua perbuatan dan ucapan Yesus dapat ditulis sebagaimana pengakuan pengarang Injil di Yohanes 21:25, sebab kedua; karena nubuat tersebut ada pada Injil-Injil apokrip, sebab ketiga; karena perbedaan bahasa yang Yesus gunakan dengan bahasa Injil yang digunakan.
Bukti Kenabian Menurut Bibel
Kebanyakan umat Kristen menganggap mukjizat adalah tanda kenabian seorang Nabi. Walaupun anggapan mereka tidak di dukung oleh bukti dalam Bibel. Bahkan Yesus sendiri menubuatkan akan datangnya Nabi palsu dengan salah satu cirinya banyak melakukan mukjizat-mukjizat. Jikalau benar mukjizat adalah tanda kenabian, mungkinkah Yesus justru menubuatkan Nabi palsu dengan cirinya banyak melakukan mukjizat?
Tanda kenabian yang diakui Bibel sebenarnya ada, namun rupanya umat Kristen kurang perhatian karena terlalu sibuk mempermasalahkan Nabi Muhammad SAW yang tidak memiliki mukjizat. Mereka lebih suka beranggapan mukjizat adalah tanda kenabian, karena dengan itu, mereka bisa menyerang Islam dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi palsu karena tidak memiliki mukjizat. Dalam Ulangan 18:21-22, Tuhan memberikan petunjuk kepada umat Israel agar dapat mengenal Nabi palsu, yaitu dengan melihat apakah nubuat Nabi tersebut benar-benar terjadi. Dan, Nabi Muhammad SAW yang dikatakan Nabi palsu oleh kebanyakan umat Kristen, ternyata bernubuat dan nubuatnya tidak ada yang meleset, anda dapat membaca nubuat-nubuat Nabi Muhammad SAW di sini.
Sekian jawaban saya atas pandangan umat Kristen tentang Nabi Muhammad SAW. Saya berharap, jawaban saya di atas, dapat menjadi salah satu referensi umat Islam dalam menanggapi berbagai tuduhan dan dapat pula menjadi pencerahan bagi umat Kristen yang masih memiliki akal sehat.