Prilaku Hubungan Homoseksual - Hubungan sesama jenis
Baru-baru ini masyarakat diramaikan oleh kasus yang sangat menghebohkan sekaligus menjijikan. Berbagai media massa tak henti menyiarkan berita ini. Kasus ini adalah kasus homoseksual yang awalnya menimpa sebuah sekolah internasional di Jakarta. Lalu bagaimana Islam melihat homoseksual?
Islam adalah agama sempurna yang sesuai dengan fitrah manusia. Dan tidaklah sesuatu itu baik bagi manusia melainkan Islam dalam garda terdepan dalam memerintahkannya. Dan tidaklah sesuatu itu buruk, maka Islam pasti sudah melarangnya. Seperti inilah Islam memandang homoseksual. Sebuah perilaku yang menyelisihi kodrat manusia, maka Islam melarang homoseksual. Dalam sejarah mengatakan bahwa perilaku penyimpangan seks homoseksual terjadi pada kaum Nabi Luth ‘Alaihis Salam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabadikannya dalam al-Qur’an di dalam firman-firman-Nya,
Baca selengkapnya »
Sikap Berbuat Baik kepada orang kafir
Segala puji bagi Allah yang berfirman :
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.(QS al-Mumtahanah : 8)
Dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yang di utus untuk Manusia dan jin, sebagai rahmat bagi alam semesta.
Sesungguhnya Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad shallallahu alaihi wasallamsebagai penyeru/da’i bagi seluruh agama dan kepercayaan serta untuk seluruh umat manusia baik bangsa Arab maupun non Arab agar mengikuti jalan Allah. Maka di antara mereka ada yang menerima seruan Islam dan ada pula yang tetap dalam kekafiran.
Baca selengkapnya »
KEWAJIBAN KITA MENCINTAI SAHABAT DAN MENGIKUTI PEMAHAMAN MEREKA
Mereka adalah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang dihiasi dengan kemuliaan dan keutamaan. Tak layak kita mencela, sebab Nabi sangat memuliakan mereka. Diantara sabda Nabi sebagai bentuk pemuliaan kepada para sahabatnya (radhiyallahu anhum jami’an) adalah : Teruntuk Abu Bakar, Umar, dan Utsman, “Tenanglah wahai Uhud, karena sesungguhnya di atasmu ini ada seorang Nabi, seorang Ash-shiddiq dan dua orang Syahid” (HR. Bukhari) Teruntuk Ali bin Abi Thalib, “Tidakkah kamu rela kalau posisimu dariku seperti posisi Nabi Harun bagi Nabi Musa?” (HR. Bukhari) Teruntuk Zubair bin Awwam, “Sesungguhnya setiap nabi itu mempunyai hawari (pengawal setia), dan sesungguhnya pengawal setiaku adalah Zubair bin Awwam” (HR. Bukhari) Teruntuk Fathimah, “Fathimah ini adalah penghulu kaum wanita di surga” (HR. Bukhari) Teruntuk Hasan dan Husain, “Ya Allah, cintailah mereka berdua karena sesungguhnya aku mencintai mereka berdua” (HR. Bukhari) Teruntuk Ja’far bin Abi Thalib, “Kamu benar-benar sangat mirip dengan fisikku dan perangaiku” (HR. Bukhari) Teruntuk Aisyah, “Keutamaan Aisyah atas segenap kaum wanita adalah bagaikan ats-tsarib (makanan paling baik di kala itu -pen) dibandingkan seluruh makanan lainnya” (HR. Bukhari) Teruntuk Bilal bin Rabah, “Aku telah mendengar suara sandalmu di hadapanku di surga” (HR. Bukhari) Teruntuk Abdullah bin Umar, “Sesungguhnya Abdullah ini adalah seorang lelaki yang shalih” (HR. Bukhari) Teruntuk Sa’ad bin Muadz, “Arsy bergoncang karena wafatnya Sa’ad bin Mu’adz” (HR. Bukhari) Teruntuk Khalid bin Walid, “Adalah salah satu pedang diantara pedang-pedang Allah” (HR. Bukhari) Teruntuk, Abu Ubaidah, “Setiap ummat memiliki seorang kepercayaan, dan sesungguhnya orang kepercayaan kita wahai ummat Islam adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah” (HR. Bukhari) Sungguh masih teramat banyak bentuk pemuliaan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Kita sebagai ummatnya juga harus meneladani beliau dalam hal memuliakan dan mencintai para sahabat dan menjalankan konsekuensinya. Semoga Allah meridhoi mereka semua.
Baca selengkapnya »
Firman Allah Swt :
( وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (٦)
Artinya: “Dan tidak ada sesuatu binatang melata pun di bumi ini, melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.”(QS Hud : 6) Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap rezeki yang kita peroleh adalah dari Allah Swt, Akan tetapi, tidak berarti kita harus pasrah tanpa ada ikhtiar atau usaha, justru kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin demi meningkatkan kesejahteraan hidup.
Pengertian Qona'ah, Dasar Hukum dan Bagaimana kita seharusnya bersikap?
Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari manusia yang lain. Kita tidak bisa hidup sesuka hati kita sendiri. Kita juga harus memikirkan kepentingan dan kenyamanan orang lain. Untuk menciptakan kehidupan yang rukun, perilaku qanaah sangat diperlukan. Qanaah menurut bahasa artinya merasa cukup. Sedangkan menurut istilah artinya merasa cukup atas pemberian dari Allah swt. setelah berusaha dan berdoa. Jika merasa qanaah kita akan selalu bisa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah swt.
Firman Allah Swt :
( وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (٦)
Artinya: “Dan tidak ada sesuatu binatang melata pun di bumi ini, melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.”(QS Hud : 6) Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap rezeki yang kita peroleh adalah dari Allah Swt, Akan tetapi, tidak berarti kita harus pasrah tanpa ada ikhtiar atau usaha, justru kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin demi meningkatkan kesejahteraan hidup.
Pengertian Qona’ah.
Qana’ah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut istilah ialah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.
Qana’ah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut istilah ialah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.
Baca selengkapnya »
Adab Bertamu dan Menerima Tamu berdasarkan alquran dan hadits
1. Pengertian
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat silahturrahim. Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi, dan sebagainya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjenguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga, dan sebagainya.
Tujuan utama bertamu menurut islam adalah menyambung persaudaraan atau silaturrahim. Silaturrahim tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab) tapi juga saudara seiman. Allah Swt memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik dengan orang tua, saudara, kaum kerabat, dan orang-orang mu`min yang lain.
Mempererat tali sillaturahim baik dengan tetangga, sanak keluarga, maupun teman sejawat merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong menolong, dan saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin.
Silahturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawasan ataupun pengalaman karena bisa saja pada saat berinteraksi terjadi pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki, dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar